Sabtu, 01 Maret 2014

Cerita Nyata : Abang Penjual Bakso vs Pengemis Tua

Ini cerita sebetulnya copas-an waktu Saya ikut seminar kewirausahaan di sebuah kampus PTN di Jawa Timur tahun 2012 silam . Yang cerita itu si pembicaranya , saya kurang tahu namanya sih soalnya gak saya tulis hehehe . Ceritanya apa sih kok kaya petinju aja pake versus-versus-an ? apa hubungannya penjual bakso dengan pengemis tua ? hahaha lucu kali ya judulnya atau malah garing banget ? entahlah .. tapi yang jelas setelah membaca “kisah nyata” ini diharapkan Anda mempunyai jiwa seorang Pebisnis yang kuat , tidak mudah goyah (ceileh kaya silabus aja) .
Suatu ketika si Pak Amat yang seorang satpam di sebuah perumahan elit di kawasan semarang mau pulang ke rumah . Waktu itu pak Amat hanya jaga setengah malam saja dikarenakan pak Amat sedang tidak enak badan , malam yang kelam dan hujan lebat dengan naik sepeda motor  “cempe” pak Amat melewati jalan yang sunyi sepi senyap gak ada ojek gak ada tukang sempolan(ini apa lagi?) , lalu ditengah jalan tepat didepan taman kota , Pak amat melihat Abang penjual bakso yang dagangannya masih utuh tak bersisa (MULUS GAN) sama Pengemis tua disebelah kanan si Abang penjual bakso dengan berteduh bermodalkan pohon beringin (beri angin biar damai) kedinginan menggigil . Lalu , pak Amat bingung dan kasihan melihat kedua orang itu . Abang penjual bakso yang masih berumuran 40an dan seorang kakek pengemis tua yang berusia sekitaran 60an . Pak amat yang Cuma bawa duit 5ribu rupiah bingung mau dikasihkan ke siapa ? ... (jawaban coba di tebak sendiri saja ya ) Jawaban bisa dikirim via komentar
Kok ceritanya nanggung ? katanya cerita nyata ? seharusnya sampe akhir dong ? Biar asik , saya potong saja bagian akhirnya . Inti dari cerita ini , kita dihadapkan pada dua masalah dimana satu permasalah menyangkut belas kasihan dan semangat untuk hidup dan satunya lagi hanya rasa iba . Kita harus memilih diantara dua pilihan tersebut , memilih dengan bijak tanpa ada yang merasa tak tertolong . Bayangkan saja , kita baru memulai berjualan (konteks beverages) barang yang kita jual adalah produk makanan yang sifatnya harus habis dalam hari itu juga , pagi-pagi kita berbelanja dengan semangatnya dengan uang tabungan (hasil pinjam), lalu tengah hari kita membuatnya , sore hari mulai menggelar lapak entah itu di alun-alun , pinggir jalan atau depan rumah . 1 jam , 2jam , 4 jam hingga larut malam saatnya orang tidur tak ada satupun orang yang beli ? apakah besoknya akan masih jualan ? lalu mau diapakan makanan yang sudah jadi tadi ? dibuang-kah? Atau dibagikan ?
Bandingkan dengan seorang pengemis (tua dan anak-anak) ? mereka hanya bermodal menengadah , ditengah jalan(perempatan lampu merah) , di emperan toko-toko , mulai meminta belas kasihan dari orang yang lewat dari pagi hingga malam . 1 jam , 2jam , 4 jam rupiah mengalir deras ke botol minuman yang mereka sandingkan didepan mereka .  Mungkin cacian , gunjingan atau rasa iba dari pelewat dihadapan mereka bukanlah sebuah halangan untuk melanjutkan profesi yang tidak mulia tersebut . Mereka masih bisa makan , minum bahkan hidup “layak” melebihi kaum buruh pabrik . Masihkah kita mengasihani mereka ????  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar